Apakah Bersama Orang Soleh lantas Allah Meniadakan Ujian?
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di waktu pagi dan petang hari dengan mengharap keridhoan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan orang yang telah Kami jadikan hatinya lalai dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya, dan adalah keadaan mereka itu melampaui batas.” QS :Al-Kahfi;28
Pepatah mengatakan bahwa semakin tinggi pohon makan terpaan angin semakin besar pula. Begitupula dengan manusia. Ujian adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah kehidupan. Tanpa ujian tentunya manusia tidak akan bisa naik ke level selanjutnya. Semakin tinggi derajat manusia maka semakin berat pula cobaannya.
Muncul pertanyaan. Kalau memang Allah adalah Sang Maha Baik, kenapa Allah repot-repot memberikan ujian kepada manusia? Kenapa tidak langsung dimasukkan ke dalam surga?
Pertanyaan tersebut sama halnya ketika kita sekolah. Kalau memang guru baik, kenapa perlu repot-repot memberikan ujian sekolah?
Keduanya sama-sama berbicara mengenai kualitas.
Ujian adalah fase penggodokan dan pemilahan mana-mana manusia yang berkualitas dan mana-mana yang tidak. Kita termasuk yang mana? Tergantung.
Jika seseorang menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir hidupnya, tentu ia tak akan kehilangan semangat dalam melakukan aktivitas (yang baik tentunya).Karena ia sadar bahwa kehidupan di dunia ini adalah fana, ladang bagi kita untuk mencari bekal ke akhirat sebanyak-banyaknya.
Ketika kita berbicara kebaikan dan keburukan, tentunya kita yakin akan dua hal. Pertama, jika kita melakukan keburukan tentu kita yakin itu adalah dosa. Namun, apakah kita yakin bahwa kebaikan yang kita lakukan itu bernilai pahala? Apakah kita yakin bahwa sholat yang kita lakukan bernilai pahala? Sebenarnya kebaikan mana yang bisa menjadi pengantar kita ke surga nantinya?
Di sinilah pentingnya kita sebagai kaum terdidik agar pandai menggunakan peluang. Bukankah dalam ilmu matematika, semakin banyak percobaan maka akan semakin besar pula peluangnya? Begitupula hidup kita. Kita haruslah melakukan banyak sekali percobaan kebaikan demi memperbesar peluang kebaikan kita agar dinilai pahala. Sebab kita tidak tahu kebaikan mana yang akan diterima Allah. Seperti kisah seorang pelacur yang masuk surga karena memberi minum anjing dikala dahaga. Subhanallah.
Salah satu upaya kita dalam memperbesar peluang adalah berkumpul dengan orang-orang soleh. Tapi jangan salah, adakah yang menjamin bahwa ketika kita bersama orang soleh lantas syaithon akan diam saja? akankah Allah meniadakan ujian bagi kita?Tentu tidak. Justru bisa jadi ketika kita bersama orang soleh Allah melipatgandakan ujian kita. Akankah kita harus takut? Tentu saja tidak. Allah tidak akan memberi ujian manusia di luar batas kemampuannya.
Kalau bersama orang soleh saja tidak bisa luput dari dosa bagaimana jika tidak men-sortir pergaulan kita? Setidaknya kita bisa meminimalisasi godaan syaithon dengan saling mengingatkan satu sama lain.
Jangan lelah berbuat kebaikan.
Wallahu a'lam.
Pepatah mengatakan bahwa semakin tinggi pohon makan terpaan angin semakin besar pula. Begitupula dengan manusia. Ujian adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah kehidupan. Tanpa ujian tentunya manusia tidak akan bisa naik ke level selanjutnya. Semakin tinggi derajat manusia maka semakin berat pula cobaannya.
Muncul pertanyaan. Kalau memang Allah adalah Sang Maha Baik, kenapa Allah repot-repot memberikan ujian kepada manusia? Kenapa tidak langsung dimasukkan ke dalam surga?
Pertanyaan tersebut sama halnya ketika kita sekolah. Kalau memang guru baik, kenapa perlu repot-repot memberikan ujian sekolah?
Keduanya sama-sama berbicara mengenai kualitas.
Ujian adalah fase penggodokan dan pemilahan mana-mana manusia yang berkualitas dan mana-mana yang tidak. Kita termasuk yang mana? Tergantung.
Jika seseorang menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir hidupnya, tentu ia tak akan kehilangan semangat dalam melakukan aktivitas (yang baik tentunya).Karena ia sadar bahwa kehidupan di dunia ini adalah fana, ladang bagi kita untuk mencari bekal ke akhirat sebanyak-banyaknya.
Ketika kita berbicara kebaikan dan keburukan, tentunya kita yakin akan dua hal. Pertama, jika kita melakukan keburukan tentu kita yakin itu adalah dosa. Namun, apakah kita yakin bahwa kebaikan yang kita lakukan itu bernilai pahala? Apakah kita yakin bahwa sholat yang kita lakukan bernilai pahala? Sebenarnya kebaikan mana yang bisa menjadi pengantar kita ke surga nantinya?
Di sinilah pentingnya kita sebagai kaum terdidik agar pandai menggunakan peluang. Bukankah dalam ilmu matematika, semakin banyak percobaan maka akan semakin besar pula peluangnya? Begitupula hidup kita. Kita haruslah melakukan banyak sekali percobaan kebaikan demi memperbesar peluang kebaikan kita agar dinilai pahala. Sebab kita tidak tahu kebaikan mana yang akan diterima Allah. Seperti kisah seorang pelacur yang masuk surga karena memberi minum anjing dikala dahaga. Subhanallah.
Salah satu upaya kita dalam memperbesar peluang adalah berkumpul dengan orang-orang soleh. Tapi jangan salah, adakah yang menjamin bahwa ketika kita bersama orang soleh lantas syaithon akan diam saja? akankah Allah meniadakan ujian bagi kita?Tentu tidak. Justru bisa jadi ketika kita bersama orang soleh Allah melipatgandakan ujian kita. Akankah kita harus takut? Tentu saja tidak. Allah tidak akan memberi ujian manusia di luar batas kemampuannya.
Kalau bersama orang soleh saja tidak bisa luput dari dosa bagaimana jika tidak men-sortir pergaulan kita? Setidaknya kita bisa meminimalisasi godaan syaithon dengan saling mengingatkan satu sama lain.
Jangan lelah berbuat kebaikan.
Wallahu a'lam.
Komentar